Kamis, 27 Maret 2008

Anak Buah Lebih Pintar ?

Anda tentu pernah menonton acara kuis di televisi yang menuntut pengetahuan dan kepandaian pesertanya. Para peserta dalam kuis tersebut tentu terlihat hebat atau pandai. Tetapi bagaimana bila yang begitu pandai adalah anak buah anda ? Lebih pandai dari Anda sendiri ?

Sebenarnya Anda sebagai seorang atasan, tak perlu khawatir dengan kepandaian anak buah Anda. Tak perlu takut mereka akan menjungkalkan Anda. Mari kita simak beberapa tips berikut ini :

1. Sudah seharusnya

Sadarilah bahwa sebagai bos Anda hanya perlu memanage, jadi Anda tidak harus tahu dan bisa segala. Anda hanya perlu memastikan bahwa pekerjaan anak buah Anda tepat waktu dan berjalan dengan baik. Jadi, kalau anak buah Anda pandai itu justru keuntungan. Hidup Anda sebagai bos akan lebih nyaman. Karena anak-anak buah Anda inilah yang akan
menyokong Anda dalam membuat keputusan sebagai atasan.

2. Bicara cepat dan banyak bertanya

Beberapa anak pintar punya kecenderungan bicara cepat. Berlomba-lomba antara apa yang berkelebat di kepalanya dengan daya mulutnya berucap. ltu membuatnya sering bertanya. lni jangan dianggap sebagal intimidasi atau anak sok tahu yang terlalu banyak tanya. Coba tambahkan harapan Anda terhadap pekerjaannya saat Anda memberikan briefing.

3. Cenderung tidak sabar

Sebagian anak buah pintar kadang tidak sabar. Dia bukan hanya tidak sabar pada sekelilingnya, juga pada dirinya sendiri. Orang seperti ini perlu lebih sering diajak bicara. Bahwa bersabar adalah salah satu cara mencapai tujuan. Tipe ini akan senang diberi tugas tambahan. Begitu satu tugas selesai, segera evaluasi, dan berikan tugas baru. Beberapa orang yang cepat punya kelemahan, mereka kurang concern pada detil. lni yang perlu Anda ingatkan berulang kali padanya.

4. "Manfaatkan"

Hampir semua orang perlu pengakuan. Apalagi si cerdas. Apalagi kalau dia menyadari bahwa dirinya di atas rata-rata. Bahkan lebih pintar dari si bos. Anda. Tidak ada salahnya kan orang butuh pengakuan? Kalau tidak segera diakui, dia akan melakukannya dengan cara-cara yang di luar kendali. Dari awal, akui dan beri dia apresiasi. "Wah, kamu hebat sekali di bidang itu. Apa ide kamu kalau soal itu dikembangkan?" Lebih lanjut, ajak dia diskusi dan berpikir. lni akan membuatnya nyaman dan melupakan "rasa hebat"-nya. Hal ini memungkinkan Anda untuk bisa "memanfaatkan" dirinya.

0 komentar: